Rabu, 27 April 2011

Jenuh


Jenuh..
Aku jenuh dengan jenuh..
aku ingin menghindar dari kejenuhan ini..
Aku jenuh dalam jenuh..
aku ingin keluar dari kejenuhan ini..
Aku jenuh menjadi jenuh..
aku ingin berubah dari kejenuhan ini..

Aku jenuh!
Biarkan aku menghindar..
Aku jenuh!
Biarkan aku keluar..
Aku jenuh!
Biarkan aku berubah..

Rabu, 20 April 2011

JUTAP tempoe doeloe





Huwaaaa,,, googling JUTAP, nemu gambar ini... lucu ya.. nuansa Jawa nya masih kental banget. Pada pake kebaya ma surjan gitu kesannya kuno banget. Tapi, sebenernya nggak ada salahnya juga loh, klo kita ke kampus pake kebaya/surjan gitu. Hehe... Emang agak ribet sih. Apalagi kalau dateng telat, terus harus lari-lari. Kayaknya bisa keserimpet terus nyosor ke lantai tuh. Haha.. Aku mulai membayangkan kalau aku dan temen2ku pada pake baju kayak gitu.. Hwkwkwk... Tapi pasti semua kelihatan lebih cantik n ganteng. Lebih sopan juga.



BTW, ini tanggal 21 April ya? wah, hari Kartini ni.. Dulu waktu TK, SD, SMP, n SMA, tiap hari kartini pasti disuruh pakai kebaya atau baju adat. Beda ni kalo udah kuliah. Nggak ada acara peringatan hari kartini lagi. Padahal kan seru tuh kalau semua mahasiswi diwajibin pake baju adat/ kebaya/ surjan gitu. Kan cuma 1 tahun sekali, jadi apa salahnya. Apalagi sekarang ini kan udah banyak modifikasi kebaya. Seharusnya/ lebih baiknya, di Kampus tu tetep memperingati hari Kartini. Mengenang perjuangan Kartini atas hak-hak wanita.

Curhat tentang Jabatan Baru

Alhamdulillah, aku kerja sampingan jaga warnet di Amazone Management. Meskipun gajinya nggak seberapa, tapi dari pekerjaan ini aku banyak mendapat pelajaran. Misalnya saja tentang bagaimana memanage waktu, bagaimana bertanggung  jawab, teliti, ramah, sabar, dan masih banyak lagi. Aku sudah bekerja hampir 6 bulan. Tepatnya sejak November tahun lalu. Dan dalam waktu yang singkat itu, aku diberi tanggung jawab yang lebih besar dari sekedar penjaga warnet. Aku diberi tanggung jawab sebagai koordinator salah satu warnet yang dinaungi Amazone Management, yaitu Surya Net. Tugas koordinator yaitu mengkoordinir semua operator warnet di Surya Net, mengatur jadwal jaga, membagi gaji, dan membantu mencarikan pengganti kalau ada operator yang nggak bisa jaga. Dan hari ini tadi, gaji Surya udah keluar. Semua dipasrahin ke aku. Seneng rasanya membagi-bagi uang ke temen-temen operator, meskipun itu bukan uangku sendiri. Coba itu uangku sendiri, pasti bakalan lebih seneng lagi. Bisa berbagi-bagi rejeki. :)

Jumat, 15 April 2011

Hard To Live

Sejenak ingat pesan orang tua, " Jangan sering lihat ke atas, tapi lihat ke bawah." Nasihat itu adalah nasihat yang sering diberikan dari orang tua kepada anaknya dalam keluarga sederhana. Mungkin di keluarga yang kaya, tidak diajarkan hal semacam itu. Kadang aku bertanya pada hatiku sendiri,

"Bahagiakah kamu dengan kondisimu yang sekarang ini?"
"Ikhlaskah kamu menerima apa yang kamu miliki sekarang?"

Mulutku berkata,

"Aku ikhlas menerima semua ini."

Tapi hatiku berkata,

"Aku tersiksa dengan semua ini. Kenapa aku harus mengalami semua ini? Kenapa aku tidak dilahirkan dalam keluarga yang kaya? Aku sanggup menghadapi cobaan ini sekarang, tapi sampai kapan?"

Udah sering aku makan ati nahan sakit dari sindiran-sindiran yang aku yakin tidak disengaja. Kemaren aja, teman sekelas ada yang tanya,
(Emma, kamu kalau ke kampus nggak pernah bawa laptop ya?)
Tahu nggak gimana rasanya denger pertanyaan itu? waktu mau jawab aja butuh beberapa detik dulu. Dengan topeng andalanku maka aku tersenyum dan bilang,
(Emang nggak punya laptop kok, apa yang mau dibawa, hahaha.) Berpura-pura menganggapnya hanya sebuah basa-basi.
(Ooo,, terus kalau ngerjain tugas gimana?) Nadanya emang bertanya.
(Ya, di kost ada komputer kok) Sambil tersenyum tulus.
(Ooo,, tapi enak ya, bisa jadi alasan nggak bawa laptop, berat nih)
(Yaudah, tukeran aja gimana, laptopmu buat aku aja, hahaha)

Apa yang aku ucapkan di percakapan tadi itu hanyalah sedikit contoh dari sandiwaraku. Berpura-pura tegar dan tersenyum.Meskipun hatiku sakit.Dari dulu aku pengen banget punya laptop. Biar lebih efisien waktu. Bisa ngerjain kapanpun n dimanapun. Tapi nggak ada uang buat beli laptop. Masih banyak kebutuhan lain yang lebih mendesak. Buat makan aja harus dihemat. Tiap aku pulang kampung, di rumah cuma ada sayur sama tempe/tahu/ikan keranjang, pokoknya jarang banget makan pakai lauk normal (ayam, ikan, daging, dll). Aku sedih ngeliat keadaan di rumah. Adik-adikku bahkan nggak pernah jajan bakso/mie ayam/sate/sejenisnya kayak orang lain. Mereka taunya makan tu ya di rumah. Adikku yang cowok, Zein, malah lebih kasihan. Dia nggak pernah/jarang dikasih uang saku. Kalau jam istirahat, dia pulang. Kebetulan di rumah buka warung kecil. Tiap pulang ke rumah, aku malah pengen nangis. Miris ngelihat keadaan. Sementara aku di Jogja meskipun dengan uang 100 ribu per minggu, aku masih bisa beli bakso, masih bisa makan lauk ayam, masih bisa jajan di kantin. Padahal aku masih sering mengeluh pada diriku sendiri, uang 100 ribu buat makan 3X sehari aja nggak cukup. Apalagi aku harus bisa mengatur keuanganku sendiri yang hanya 100ribu itu untuk makan, bensin, nabung, dan kebutuhan-kebutuhan tak terduga lainnya kayak iuran studio, fotocopy materi, dll. Ya Allah, maafkan hambamu ini yang kurang bersyukur atas nikmatmu. Aku kerja jaga warnet, tapi penghasilannya juga cuma sedikit. Rata-rata 50-150 per bulan. Dari hasil kerjaku itu, 50 ribu aku tabung. Kalau gajinya lebih dari 100 ribu, aku nabung 100 ribu. Dari uang itu aku mengumpulkan uang untuk beli laptop. Mustahil? Ya mungkin memang konyol. Mengumpulkan uang 50 ribu tiap bulan untuk membeli laptop. Butuh berapa bulan? Keburu lulus baru uangnya cukup. Apa itu yang ada di pikiran kalian? Iya, sama. Aku juga berpikir demikian. Apalagi ini udah semester 4. Haha. Aku cuma berharap, ada rejeki yang banyak untukku suatu saat nanti. Sekarang, Allah menyimpan rejekiku agar aku berusaha keras. Dan aku akan berusaha.

Hidup ini berat. Terlebih bagi orang dalam kategori menengah ke bawah seperti diriku ini. Istilahnya, mau makan yang agak mahal aja penuh perhitungan. Mau beli ini, banyak pertimbangan. Mau beli itu, mending buat makan. Kadang aku iri melihat orang-orang kaya. Mereka makan menuruti nafsunya. Pengennya apa ya makan itu. Beda sama keluargaku, pengen makan ayam, tapi uang cuma cukup buat beli tempe, ya udah lah, makan tempe aja. Orang kaya bisa melakukan dan membeli yang mereka suka. Kayaknya enak ya jadi orang kaya. Bisa melakukan apa aja.

Kemarin, waktu lagi makan sama cowokku, tiba-tiba dia dapet telepon dari adiknya. Intinya, adiknya tu pengen ikut les sketchup kayak cowokku. Padahal, kalau dipikir-pikir, itu nggak terlalu penting buat dia, karena jurusan dia juga nggak membutuhkan kemampuan membuat bangunan 3 dimensi. Ya kayak gitulah orang mampu. Bahkan yang nggak terlalu penting pun bisa mereka lakukan. Padahal, aku yang jelas-jelas butuh aja nggak ikut les. Kenapa? Udah tau kan jawabannya. Karena aku nggak punya uang buat biaya les. Enak banget ya jadi orang kaya. Tinggal bilang, "Pa, aku mau ikut les ini, les itu." Maka Sang Papa akan langsung menjawab, "Ooo,, iya, berapa biayanya? nanti Papa transfer." Haha.. Aku pengen nangis sambil ketawa. Jawaban yang sangat aku harapkan dari orang tuaku. Tapi untuk menyampaikan keinginanku kepada orang tuaku saja aku nggak mampu. Aku nggak mau membebani pikiran mereka yang sudah banyak menanggung beban. Aku cuma bisa diam, seolah aku tidak membutuhkan apa-apa. Seolah uang 100 ribu sudah cukup dan nggak pernah kurang. Seolah semua kebutuhanku sudah tercukupi.

Aku jenuh. Beban yang seharusnya dipikul orang tuaku terpaksa harus aku yang memikulnya. Karena aku tahu beban mereka sudah terlalu banyak. Salahkah aku yang selalu menghayal jika aku kaya ini? Karena pada kenyataannya aku tidak kaya. Aku selalu membayangkan, jika aku kaya, maka Bapak tidak perlu bekerja membanting tulang sebagai supir travel. Ibu bisa masak yang enak buat adik-adikku. Adik-adikku bisa beli baju yang bagus, beli buku-buku. Dan mereka akan kuajak keliling dunia ke mana pun mereka mau. Apa pun yang mereka mau, aku ingin memenuhinya. Aku ingin mencukupi kebutuhan mereka. Aku ingin membahagiakan mereka. Ingin membuat mereka tersenyum, tertawa bahagia tanpa beban. Tidak perlu memikirkan masalah ekonomi. Tidak perlu memikirkan hutang di sana-sini. Aku ingin mereka bisa menikmati indahnya hidup. Bagiku, mereka sudah cukup merasakan kerasnya hidup. Aku ingin roda kehidupan ini segera berputar. Aku ingin membawa mereke ke posisi atas dari roda kehidupan. Sungguh aku ingin khayalanku ini menjadi kenyataan.

I LOVE YOU MOM, DAD, MY SISTER, AND MY BROTHER...

Selasa, 12 April 2011

Just remember him in every my night..
remember how he told me anything about life.
remember how he saw me.
remember how he wiped my tears.
remember how he kissed my cheek.
remember how he held me.
just remember all about him.



I Hope we will together as long as i can breath.

Jumat, 08 April 2011

Sleep Paralysis

Oh, My God...

Semalem nggak bisa tidur.. Jam 23.00 belum ngantuk (Biasanya udah ngantuk banget n beberapa menit kemudian udah tdur). Padahal udah merem dari jam 22.30. Tapi nggak tau kenapa nggak bisa tidur. Pikiran melayang-layang nggak jelas. Mbayangin ini lah, itu lah. Sampe akhirnya aku sadar kalo aku menghayal, hehe.. "Stop it!" Terus berusaha mengosongkan pikiran. Mulai ngantuk.. Udah setengah tidur nih. Kok rasanya sesek ya buat nafas, nggak enak nih posisinya. Ganti posisi ah.


"............................."

Loh... loh... kok nggak bisa gerak sih.. Hei, somebody help.....!!! Hufht.. tindihan lagi. :( Cuma bisa berharap, semoga tindihannya nggak lama. Takut juga kalau tiba-tiba nggak bisa gerak selamanya. Beberapa menit berlalu, akhirnya bisa juga sadar. Hufht. Karena masih ngantuk, aku coba buat tidur lagi. Sleep.. sleep.. sleep.. Owh.. i'm squeezing again.. Nggak bisa gerak lagi deh. Tapi yang kedua ini nggak lama. Aku langsung bisa bangun, tapi langsung deg2an gitu deh. Mau tidur lagi udah parno duluan. Jangan-jangan ntar tindihan lagi. Beberapa menit nggak tidur. Tiba-tiba kirai kerang yang ada di depan kamarku bunyi. Huwaaaa... kok jadi agak horor sih. Lihat nggak yaa.. Jangan-jangan tadi ada orang lewat. Tapi aku di kost cuma berdua doank. N daritadi nggak kedengeran ada suara pintu kamar temenku kebuka kok. Berarti bukan temen kost ku. Terus siapa????? Mana pintu kamarku nggak aku tutup rapet lagi. Makin deg-degan deh. Ok, semoga bukan maling. Cz aku lebih takut sama maling daripada sama setan. Takut kalau itu maling, terus bawa senjata, terus aku dibunuh.. Aaaaaaaaaaaaaaaaaaa.... Aku menghayal makin jauh. Akhirnya aku beraiin diri buat ngintip (kan nggak ketutup rapet). Tau nggak apaan?? Kucing! Waktu dia liat aku, dia kaget n langsung lari. Aku juga kaget sih, tapi untung nggak lari. Mau lari ke mana juga. Kamar cuma 2,5 X 3 m. Dasar tu kucing bikin deg2an aja. Untung kucingnya lucu. Coba kalau jelek, pasti udah ku kejar tuh. Nakut-nakutin orang aja. Mungkin kucingnya ngira kalau kerang yang di kirai ku tu masih ada hewannya kali ya. Haha. Bego banget sih tu kucing. Ok, setelah tragedi kucing berakhir, aku coba tidur lagi jam 1.20. Tapi minum air putih dulu. Try to sleep. Try.. Try.. And try..

...SLEEP... 

Alarm bunyi..
Zzzzzz... kok udah bunyi aja sih ni alarm.. Aku idupin alarm jam 6 karena jam 7 harus jaga warnet. Tadinya mau tidur lagi, hehe. Tapi yakin deh, kalau aku tidur lagi, pasti bangunnya jam 8++.

Go to Warnet... :) dalam keadaan masih ngantuk.

Sampai di warnet,, kepikiran buat search di google, apa itu tindihan. Search, sekali aja langsung dapet jawaban. Ternyata, tindihan itu ada bahasa medisnya. Aku baru tau lho. Namanya Sleep Paralysis.

"Menurut medis, keadaan ketika orang akan tidur atau bangun tidur merasa sesak napas seperti dicekik, dada sesak, badan sulit bergerak dan sulit berteriak disebut sleep paralysis alias tidur lumpuh (karena tubuh nggak bisa bergerak dan serasa lumpuh). Hampir setiap orang pernah mengalaminya. Setidaknya sekali atau dua kali dalam hidupnya.

Sleep paralysis bisa terjadi pada siapa saja, lelaki atau perempuan. Dan usia rata-rata orang pertama kali mengalami gangguan tidur ini adalah 14-17 tahun. Sleep paralysis alias tindihan ini memang bisa berlangsung dalam hitungan detik hingga menit. Yang menarik, saat tindihan terjadi kita sering mengalami halusinasi, seperti melihat sosok atau bayangan hitam di sekitar tempat tidur. Tak heran, fenomena ini pun sering dikaitkan dengan hal mistis.

Di dunia Barat, fenomena tindihan sering disebut mimpi buruk inkubus atau old hag berdasarkan bentuk bayangan yang muncul. Ada juga yang merasa melihat agen rahasia asing atau alien. Sementara di beberapa lukisan abad pertengahan, tindihan digambarkan dengan sosok roh jahat menduduki dada seorang perempuan hingga ia ketakutan dan sulit bernapas.

Menurut Al Cheyne, peneliti dari Universitas Waterloo, Kanada, sleep paralysis, adalah sejenis halusinasi karena adanya malfungsi tidur di tahap rapid eye movement (REM).

Sebagai pengetahuan, berdasarkan gelombang otak, tidur terbagi dalam 4 tahapan. Tahapan itu adalah tahap tidur paling ringan (kita masih setengah sadar), tahap tidur yang lebih dalam, tidur paling dalam dan tahap REM. Pada tahap inilah mimpi terjadi.

Saat kondisi tubuh terlalu lelah atau kurang tidur, gelombang otak tidak mengikuti tahapan tidur yang seharusnya. Jadi, dari keadaan sadar (saat hendak tidur) ke tahap tidur paling ringan, lalu langsung melompat ke mimpi (REM).

Ketika otak mendadak terbangun dari tahap REM tapi tubuh belum, di sinilah sleep paralysis terjadi. Kita merasa sangat sadar, tapi tubuh tak bisa bergerak. Ditambah lagi adanya halusinasi muncul sosok lain yang sebenarnya ini merupakan ciri khas dari mimpi.

Selain itu, sleep paralysis juga bisa disebabkan sesuatu yang tidak dapat dikontrol. Akibatnya, muncul stres dan terbawa ke dalam mimpi. Lingkungan kerja pun ikut berpengaruh. Misalnya, Anda bekerja dalam shift sehingga kekurangan tidur atau memiliki pola tidur yang tidak teratur.

Meski biasa terjadi, gangguan tidur ini patut diwaspadai. Pasalnya, sleep paralysis bisa juga merupakan pertanda narcolepsy (serangan tidur mendadak tanpa tanda-tanda mengantuk), sleep apnea (mendengkur), kecemasan, atau depresi.

Jika Anda sering mengalami gangguan tidur ini, sebaiknya buat catatan mengenai pola tidur selama beberapa minggu. Ini akan membantu Anda mengetahui penyebabnya. Lalu, atasi dengan menghindari pemicu. Bila tindihan diakibatkan terlalu lelah, coba lebih banyak beristirahat.

Kurang tidur pun tidak boleh dianggap remeh. Jika sudah menimbulkan sleep paralysis, kondisinya berarti sudah berat. Segera evaluasi diri dan cukupi kebutuhan tidur. Usahakan tidur 8-10 jam pada jam yang sama setiap malam.

Perlu diketahui juga, seep paralysis umumnya terjadi pada orang yang tidur dalam posisi telentang (wajah menghadap ke atas dan hampir nyenyak atau dalam keadaan hampir terjaga dari tidur). Itu sebabnya, kita perlu sering mengubah posisi tidur untuk mengurangi risiko terserang gangguan tidur ini.

Nah, jika tindihan disertai gejala lain, ada baiknya segera ke dokter ahli tidur atau laboratorium tidur untuk diperiksa lebih lanjut. Biasanya dokter akan menanyakan kapan tindihan dimulai dan sudah berlangsung berapa lama. Catatan yang telah Anda buat tadi akan sangat membantu ketika memeriksakan diri ke dokter."
(http://www.indospiritual.com/artikel_menguak-misteri-tindihan.html)

Oooo... Jadi gitu toh.. Gimana mau tidur teratur 8-10 jam pada jam yang sama tiap malem ya? Menurutku sih itu susah banget. Ok, misal kita kuliah pagi, jadi kita harus bangun jam 6 (maksimal). Kalau harus tidur 8 jam aja, berarti jam 10 kita harus udah tidur donk. Padahal biasanya tuh pulang makan malem + jalan2 bentar aja udah jam 9. Sampe di kost, bersihin muka, cuci muka, cuci kaki, cuci tangan, gosok gigi, ganti baju, eeehhh... udah jam setengah 10. Masa mau langsung tidur? Terus, kapan belajarnya? (Yang ini pertanyaan basa-basi aja, cz biasanya juga nggak pernah belajar). Kapan ngerjain tugasnya? (Yang ini cuma khusus hari H-1 deadline pengumpulan tugas aja). Nah, bagiku, tidur jam 10 itu kemungkinannya cuma 30%. Itu pun kalau seharian capek n full aktivitas. Kalau pun bisa tidur jam segitu, ntar jam 3 pagi tu pasti bangun n susah buat tidur lagi. Yang ada bukannya 8 jam, malah cuma 5 jam. Udah gitu, paginya di kampus pasti ngantuk. Ah, pokoknya susah banget lah tidur teratur tu. Apalagi harus 8 jam. Tidur teraturku tu ya jam 12 sampe jam 6. 6 jam cukup laaah.. Mana ada mahasiswa yang tidur 8 jam. Apalagi sampe 10 jam. Ckck..
Udah ah. capek ngetiknya. Semoga besok nggak mengalami sleep paralysis lagi. :)

Rabu, 06 April 2011

Just what I feel

Yang namanya kuliah, pasti ada masa jenuhnya. waktu dimana kita ngerasa bosen, tertekan, dan ngerasa nggak sanggup ngejalani hari-hari di kampus. aku yakin, semua mahasiswa pasti pernah/ sedang/ akan mengalami waktu itu. Dan hari-hari itu akan terasa berat banget.Aku tau, karena aku sedang menjalani hari-hari itu sekarang. Mau berangkat kuliah aja rasanya males banget. Nggak ada motivasi sama sekali. Yang ada di pikiranku sebelum berangkat kuliah tu cuma

"Ayoo Emma,, berangkat ke kampus.. bentar lagi mau mid loh.."

"Di kampus mau ngapain c? kuliah juga nggak ada yang masuk ke otak. Mau ngobrol juga nggak tau mau ngobrol sama siapa. Terus ngapain coba aku ke kampus? paling cuma absen doank. Kan bisa nitip absen ma temen. Daripada aku jauh-jauh berangkat ke kampus, mending aku di kost. Ngelakuin apa yang berguna untuk aku lakuin. Beresin kamar kek, nyuci kek, ato istirahat."

Yaa.. gitu lah gambaran gimana dua makhluk di dalam pikiranku lagi berdebat. dan tentunya yang lebih sering menang ya yang pikiran jahat. Yang nyuruh aku untuk terus males-malesan. Kalau dipikir-pikir lagi, sebenarnya yang menentukan siapa yang menang tu kan diriku sendiri. Berarti aku sering memihak pikiran jahatku donk? Kenapa aku harus mihak sama dia? yaa.. mungkin karena pikiran jahat itu selalu lebih logis. dengan mudah diterima sama otakku yang emang udah dasarnya pemalas ini.
Dari dulu, aku selalu ngerasa dipermainkan sama dua makhluk di dalam pikiranku ini. Mereka selalu aja berdebat. Aku bukan orang yang tegas dan bijak untuk selalu memenangkan pikiran baikku.Aku nggak tau, apa ini terjadi pada semua orang, atau cuma aku aja?
Ada yang bilang, kalau lagi galau kayak gitu, inget aja orang tua yang udah ngebiayain kamu. Tapi kok cuma bisa bikin aku nangis aja ya. Hati ku tu pengen melakukan yang terbaik. Tapi susah banget buat gerak. Kayak orang lagi tindihan tu. Pengen gerak nggak bisa, berat banget. Apa niatku yang kurang kuat, jadi aku nggak bisa ngelepas rantai-rantai kemalasan yang membelengguku ini?
Di kampus, aku bukanlah siapa-siapa bagi siapapun. Nothing special about me. Mereka (teman 1 kelas) tidak terlalu memperdulikan ada atau tidaknya aku. Karena memang aku sangat tidak berpengaruh bagi mereka. Jika sebagian dari mereka adalah kertas, yang mereka butuhkan adalah pulpen, pensil, penggaris, penghapus ataupun peralatan kantor lainnya. Sementara aku adalah patung. Yang tidak ada hubungannya dengan mereka. Aku hanyalah ibarat sebuah pajangan pelengkap yang tak ada artinya buat mereka. Ada atau tidaknya aku, tidak berpengaruh bagi si Kertas, si Pulpen, si Penggaris, atau siapapun. Mungkin Kamu yang baca ini (kalau ada yang baca c) sudah sedikit paham tentang apa yang aku rasakan. Merasa tak berguna, tak dianggap, dan sejenisnya. Jadi, wajar kan, kalau aku nggak ada motivasi buat berangkat kuliah? Aku berangkat atau nggak, juga nggak begitu ada bedanya.
Entah lah,.. di dada ini rasanya sesek banget. Pernah nahan nangis belum? ya, hampir mirip kaya gitu lah rasanya. Di hati ini rasanya kaya mau meledak, tapi kita harus nahan supaya nggak meledak. Nahan nangis tu lebih sakit daripada nangis berjam-jam. Di saat perasaan lagi kacau, kita harus tetap pasang wajah ceria. Harus senyum saat ketemu temen. Kenapa? Karena kalau pun aku pasang muka sedih, apa mereka peduli? Kemungkinan besar yang ada mereka juga cuma tanya "Emma, kenapa?" dan nggak mungkin kan aku to the point cerita apa yang aku rasain. Mereka nggak tau gimana kenyataan yang aku alami. Gimana depresinya aku setiap hari. Aku pengen ketawa lepas kayak mereka. Aku pengen berarti buat mereka. Aku pengen dianggap sebagai TEMAN mereka. Bukan sebagai patung yang nggak pernah mereka perdulikan. Yang nggak pernah mereka ajak bicara. Yang nggak pernah mereka dengarkan. Yang nggak pernah mereka lihat. Apa yang salah dengan diriku? Aku manusia, sama dengan mereka. Aku juga mempunyai hati seperti mereka. Lalu, apa yang salah? Apa yang membuatku tak bisa mereka terima?
Pertanyaan-pertanyaan itulah yang sering muncul di dalam otakku. Sebenarnya seperti apa aku di mata mereka? Apa mereka punya pandangan yang berbeda? Aku nggak bisa kayak gini terus. Aku bener-bener bisa GILA. Iya, gila dalam arti yang sebenarnya. Kehilangan kontrol atas pikiranku sendiri. Entah sampai kapan hal ini akan terus menekan batinku. Semoga saja sebelum aku menjadi gila.
Hufh.. sedikit agak lega sampai di sini. Aku nggak tau, apa ini semacam penyakit, atau apa. Tapi karena tekanan ini, terkadang aku merasa sedikit gila. Atau hanya karena sifat ku yang moody? Kadang aku menjadi pribadi yang menyenangkan bagi beberapa orang, tapi pada rentang waktu yang nggak lama, aku bisa menjadi orang yang membosankan dan menjengkelkan dengan sikapku yang cuek, egois, dan keras kepala. Kadang aku juga menangis tanpa sebab yang begitu jelas. Membiarkan air mataku keluar sampai mataku bengkak, sesak nafas, pusing, dan sampai lemes nggak bisa bangun. Tapi setelah itu, aku bertanya pada diriku sendiri. "Ngapain coba kamu nangis? Cengeng banget sih. Kamu tu bisa tegar." Dan setelah itu, aku baru sadar. Iya ya, ngapain coba aku nangis.
Apa aku memang sudah gila? Aku sempet kepikiran buat ngecek hal itu. Tapi aku terlalu takut kalau nanti harus menerima kenyataan bahwa "Aku GILA". Mungkin saja aku memang gila. Hanya saja aku nggak sadar kapan aku mulai gila. Atau, mungkin teman-temanku yang justru menyadarinya? Sehingga mereka nggak mau deket-deket sama aku karena takut jadi gila juga? Bisa jadi sih. Yah, aku gila. Aku memang gila. Dan sampai kapanpun mereka nggak akan mau jadi temennya orang gila. Cuma orang yang bener-bener sayang sama aku aja yang mau tetep setia nemenin aku. Atau sebenernya mereka juga gila? Hahaha... Sekarang aku sadar bahwa aku sudah gila. Ya, ternyata tidak begitu berat menerima kenyataan bahwa aku memang gila. Mungkin dengan ini, aku lebih bisa menerima kenyataan. Bahwa mereka tidak mau gila seperti aku. Ya, aku mengerti apa yang tadinya tak ku mengerti. Aku tidak bisa memaksakan kehendakku untuk menjadi bagian dari mereka. Karena aku dan mereka memang berbeda. Mereka waras, dan aku Gila. Haha.. Maafkan aku teman-teman, aku terlambat menyadari bahwa aku adalah orang gila. Kenapa kalian tidak memberitahuku dari dulu? Ah, udahlah. Yang penting sekarang aku udah tau. Lebih baik terlambat daripada aku nggak pernah sadar kalau aku ini gila.